Menjaga kesehatan saluran pernapasan ayam sangat penting untuk mencapai target produktivitas. Apalagi jika ayam dipelihara menggunakan kandang tradisional (open house), maka sirkulasi udara juga perlu diperhatikan.
Seperti yang dialami Karyono, pemilik Bima Suci Farm yang berlokasi di Karangtanjung, Lemahabang, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Dalam perbincangannya bersama Infovet, pria yang menggeluti usaha ternak broiler sejak 10 tahun silam ini menceritakan keluh-kesahnya.
“Usaha ternak broiler sudah 10 tahun, saat ini bisnis ayam sedang bergejolak akibat harga pasar yang menurun ditambah adanya pandemi COVID-19. Keadaan makin sulit apabila ternak terserang wabah penyakit,” ujar Karyono.
Karyono yang kini memelihara puluhan ribu ekor ternak broiler, kerap diganggu dengan masalah kadar amonia yang tinggi di kandang. Adapun penyebabnya, ujar beliau, karena sirkulasi udara di kandangnya yang kurang baik.
“Kita mengandalkan angin dari luar karena masih menggunakan kandang open house. Kalau angin sedang bagus, sirkulasi udara di kandang juga bagus, begitupun sebaliknya. Terkadang sirkulasi udara kurang bagus dan tidak lancar, kita coba tambah kipas tapi tidak banyak membantu,” ungkap Karyono. Jika sudah begitu, kadar amonia di kandang tinggi dan ternak milik Karyono mudah terserang penyakit.
“Kebanyakan ayam batuk atau terkena CRD. Ini mengakibatkan nafsu makan ayam berkurang sehingga pertumbuhannya terlambat. Celaka sekali kalau sudah begitu,” kata dia.
CRD disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum. Dari data tim Technical Education and Consultation (TEC) Medion dilaporkan dalam tiga tahun terakhir, penyakit ngorok ini penyakit, termasuk Mycoplasma, dengan leluasa masuk dan menginfeksi.
Karyono menyebut, selain amonia menjadi gerbang masuknya penyakit, juga mengakibatkan adanya keluhan dari warga di sekitar peternakannya. Ia pun mencoba mengatasinya dengan melakukan bongkar sekam.
“Kadar amonia mulai tinggi pada saat ayam berumur 10-12 hari ke atas, kita mulai lakukan pembukaan sekam dari kandang tapi tidak secara menyeluruh. Jadi ketika kadar amonia tinggi dan angin juga berkurang, kita lakukan bongkar sekam sedikit demi sedikit,” terang Karyono.
Perlakuan tersebut cukup membantu Karyono, apalagi ditambah penggunaan AMMOTROL untuk menekan kadar amonia di kandangnya.
AMMOTROL merupakan produk serbuk larut air dari Medion yang mengandung ekstrak Yucca. Pemberian AMMOTROL mampu mengurangi bau di area peternakan, menurunkan Feed Conversion Ratio (FCR), meningkatkan kesehatan dan produktivitas ternak.
“Kita menggunakan AMMOTROL sejak awal beternak, di 3-5 tahun terakhir penggunaannya semakin intens untuk menekan kadar amonia yang tentunya berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam,” kata Karyono.
Ia menambahkan, “AMMOTROL merupakan produk herbal, yang tentunya tidak memiliki efek samping. Kita berikan pada ayam sejak umur 12 hari sampai panen dengan dosis 125 gram per galon air berukuran 225 liter.”
Keuntungan yang dirasakan Karyono kini bau amonia di kandangnya tidak menyengat dan tidak menyebar keluar kandang. “Kita terbantu sekali karena bau amonia berkurang dan tidak menyebar. Ternak juga jarang terserang penyakit dan alhamdulillah bobot badannya juga baik dan FCR-nya bagus,” ungkapnya.
Karyono pun berharap kualitas AMMOTROL dalam membantu mengatasi bau amonia di kandang terus dipertahankan. “Semoga kualitasnya terus dijaga. Karena peternak membutuhkan produk ini. Sebelum pakai AMMOTROL, pasti masalah amonia sering terjadi dan kadarnya tinggi. Dengan AMMOTROL, masalah amonia bisa teratasi,” pungkasnya.