Hampir 20 tahun sejak pertama kali merebak pada Agustus 2003, industri perunggasan di Indonesia belum bisa terlepas dari kasus virus Avian Influenza (AI). Bahkan selama kurun waktu 20 tahun tersebut, virus AI telah berulang kali mengalami mutasi/perubahan. Hal ini tentu menjadi tantangan bersama bagi seluruh stakeholder yang terlibat, terutama dalam pengendalian penyakit baik pada penerapan biosekuriti maupun program vaksinasi.
Mengingat kerugian akibat infeksi virus AI yang besar, tentunya diperlukan pemantauan dan deteksi sedini mungkin penyebaran maupun sirkulasi virus AI. Sebagai upaya untuk menjawab kebutuhan itu, Medion, sebagai salah satu produsen vaksin AI terdepan di Indonesia, berkomitmen dan secara rutin melakukan monitoring perkembangan virus AI, salah satunya dengan kegiatan surveilans. Menurut WOAH (2018), surveillance atau surveilans merupakan suatu kegiatan pengamatan, pengumpulan data, analisis, serta interpretasi data yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada kesehatan hewan dan masyarakat, sehingga tindakan penanggulangan dan pencegahan dapat segera dilakukan dengan lebih efektif.
Kegiatan surveilans yang dilakukan Medion sendiri terdiri dari surveilans aktif dan surveilans pasif. Kegiatan surveilans aktif dilaksanakan sepanjang tahun dengan pengambilan spesimen berupa swab lingkungan kandang dan unggas di lokasi dan atau daerah berisiko, yaitu di peternakan komersial, pasar unggas hidup, serta peternakan yang mengalami dugaan kasus AI. Identifikasi virus AI kemudian dilanjutkan dengan uji biologi molekuler seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) serta sekuensing. Sementara itu, aktivitas surveilans pasif dilakukan dengan melakukan pemantauan serologi serta insidensi penyakit sepanjang tahun di sebagian besar wilayah Indonesia.
Pelaksanaan surveilans AI secara efektif memberikan informasi persebaran virus lapang sehingga diharapkan semua pemangku kepentingan dapat meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah persebaran kasus penyakit. Salah satu contoh keberhasilan surveilans yang dilakukan tim Medion yaitu penemuan virus AI H5N1 clade 2.3.4.4b di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan pada April 2022 lalu. Sebagai bentuk tanggung jawab Medion untuk berperan aktif pada program kesehatan unggas nasional, temuan tersebut telah disampaikan kepada pemerintah melalui forum Influenza Virus Monitoring (IVM) yang diselenggarakan di Yogyakarta tanggal 14 – 16 November 2022. Penemuan virus AI clade 2.3.4.4b tersebut menjadi penting karena merupakan yang pertama di Indonesia, sehingga pemerintah dan semua sektor industri terkait dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus ini di peternakan maupun ke manusia, mengingat virus ini berpotensi menjadi penyakit zoonosis.
Temuan AI H5N1 clade 2.3.4.4b ini menambah daftar panjang riwayat virus AI H5N1 di Indonesia. Pada kemunculan pertamanya di tahun 2003, virus AI H5N1 di Indonesia teridentifikasi sebagai clade 2.1 dan kemudian menjadi penyakit endemik. Perubahan karakter virus selanjutnya terjadi pada tahun 2012 saat virus AI H5N1 clade 2.3 berhasil diisolasi dari sampel ayam dan itik. Sejak saat itu, virus ini menjadi virus yang dominan bersirkulasi di seluruh wilayah Indonesia selama hampir 10 tahun, hingga akhirnya ditemukan virus AI H5N1 dari clade 2.3.4.4b di wilayah Kalimantan Selatan.
Program surveilans yang dilakukan Medion merupakan wujud komitmen Medion dalam memberikan, mengembangkan, dan memperkenalkan kreasi produk, layanan, solusi, jangkauan distribusi dan sistem penunjang yang baru, secara lengkap dan menyeluruh, dari berbagai aspek di semua sektor bisnisnya sehingga Medion mampu memberikan nilai tambah dan kontribusi yang optimal untuk semua pemangku kepentingan.