Persiapan chick-in menjadi momentum sangat krusial bagi peternak ayam. Apabila persiapan kandang untuk pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik, tentunya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam. Sebab sering kali DOC yang datang mengalami kelelahan akibat perjalanan sehingga membutuhkan tempat yang nyaman.
Koko Komarudin, peternak broiler kemitraan yang berlokasi Pelaehari, Kalimantan Selatan, menceritakan hal tersebut ketika memulai usaha ternaknya
“Kendala yang sering saya rasakan saat DOC datang (chick-in) biasanya kelelahan karena kelamaan di boks dan brooder-nya belum siap. Jadi harus menunggu terlebih dahulu dan memakan waktu sekitar 3 jam dengan posisi DOC di dalam boks. Karena sering kali DOC datang ke kandang mendadak, jadi kita belum menyiapkan kandangnya,” kata pria kelahiran Bandung ini kepada Infovet.
“Apalagi saat musim penghujan, selain berada di boks dalam waktu lama ditambah suhu dingin di sekitar kandang. Ini juga tidak terlepas dari keterampilan anak kandang dalam menyiapkan brooder. Kalau cepat dan terampil bisa membantu agar DOC cepat masuk kandang,” kata Koko yang kini memelihara ratusan ribu ternak broiler.
Tentu kerugian tak terhindarkan, menurut Koko ketika kondisi tersebut terjadi, bisa mengakibatkan kematian sebanyak 4-5 ekor DOC dalam satu boks. Ditambah faktor stres juga membuat pertumbuhan ayam terganggu karena DOC tidak mau makan dan minum, serta potensi serangan agen penyakit infeksius sangat tinggi.
“Dulu kita biasanya mengakali dengan menggunakan air gula merah atau kadang air rebusan jahe. Tapi hasilnya masih belum optimal. Di satu sisi juga perlakuan tersebut cukup merepotkan dan tidak sederhana,” ucap Koko.
Hingga suatu ketika Koko diperkenalkan GINGERTOL oleh personil Medion. GINGERTOL merupakan sediaan cair mengandung sorbitol dan ekstrak jahe merah yang dapat membantu memulihkan energi, seperti saat chick-in atau setelah pindah kandang.
“Saya menggunakan GINGERTOL sudah tiga tahun. GINGERTOL sangat membantu saat DOC pertama kali datang, karena ada kandungan ekstrak jahe di dalamnya sehingga bisa menghangatkan DOC, dan yang terpenting tidak repot. Kematian DOC pun sudah jarang terjadi,” ungkap Koko.
Biasanya unggas mendapat energi dari asupan pakan dan minum untuk pemeliharaan dan produktivitas. Namun ketika stres melanda, unggas cenderung tidak mau makan dan minum. Hal ini akan sangat berbahaya apalagi di awal pemeliharaan.
“Penggunaan GINGERTOL sangat signifikan memulihkan energi ayam, terutama saat transisi dari kandang brooder atau ketika pergantian sekam. Ketika ayam terlihat kedinginan karena perbedaan suhu, kita berikan GINGERTOL 2 ml/liter air. Saya gunakan seperti itu dan ayam menjadi segar kembali,” kata dia.
Kelebihan lain yang dirasakan Koko dari penggunaan GINGERTOL yaitu saat ternak ayamnya terserang Gumboro. Kematian yang terjadi menurun drastis. “Dulu saat Gumboro menyerang, kematian ayam naik terus. Sekarang saat pakai GINGERTOL, kematian bisa turun dari 100 ekor menjadi hanya 25 ekor,” ungkapnya.
Koko pun merasa terbantu dengan kehadiran GINGERTOL di peternakannya. Menurutnya, selain penggunaannya yang praktis, efektivitas yang dihasilkan juga sangat baik. “Ke depannya saya berharap kualitasnya terus dipertahankan,” pungkasnya.