Mengawali budi daya ternak ayam petelur pada 1993 silam, Minta Santosa atau yang akrab dipanggil Minto, kini juga menekuni budi daya ayam Joper (Jowo Super). “Beternak ayam Joper bisa membantu jika harga telur konsumsi sedang di bawah harga pokok produksi,” ujarnya saat membuka kisah beternak ayam joper yang ditekuni hingga saat ini.
Selama lebih dari lima tahun terakhir, lulusan sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR Surabaya ini berkonsentrasi pada budidaya ayam Joper. “Ayam petelurnya sudah banyak berkurang karena harga telur konsumsi sering tidak menguntungkan. Meski akhir-akhir ini harga telur konsumsi sudah semakin bagus, namun umumnya peternak layer mandiri belum berani buru-buru menambah kembali populasinya,” katanya.
Berbagai pengalaman telah dilalui pemilik Marwan Farm dalam budi daya ayam petelur dan ayam Joper di kecamatan Ponggok Blitar ini. Satu catatan menarik mengenai pengalamannya adalah keberhasilannya dalam mengembangkan peternakan ayam Joper hingga saat ini. “Saat awal merintis beternak ayam Joper, saya jatuh bangun. Ayam sering stres lalu banyak yang mati karena sakit dan daya tetas telur rendah, bahkan usaha ini seperti nyaris bangkrut,” kenangnya. Ayam dapat mengalami stres karena faktor pemicu seperti cuaca yang panas, kepadatan kandang yang berlebih dan manajemen kandang yang kurang baik. Dampaknya adalah ayam lebih rentan terserang penyakit dan produktivitasnya pun menurun.
Awal kebingungannya adalah adanya kematian 2-3 ekor ayam setiap harinya. Ayam Joper dari empat kandang tersisa tiga kandang alias 25% mati. Meski merugi, ketekunan dalam beternak ayam akhirnya membuahkan hasil. Kematian ayam, infertilitas, dan daya tetas yang relatif rendah perlahan dapat diatasi. Produktivitas telur pun naik hampir mencapai 95% dalam durasi cukup lama saat masa puncak produksi dibanding sebelumnya. “Fertilitas yang semula 75% mentok di 80%, kini bisa mencapai antara 85-89% lebih,” jelasnya.
VITESEL C sebagai Solusi
Setelah banyak diskusi dengan teman di komunitas peternak, membaca dari berita, diskusi dengan personil lapangan Medion, hingga mengikuti berbagai seminar dari Medion, perlahan semua problema di farm miliknya teratasi. Kematian ayam akibat perubahan cuaca dan lingkungan jauh berkurang. Fertilitas dan produktivitas telur meningkat, juga daya tetasnya.
“Nah, semua itu terjadi setelah menggunakan produk VITESEL C dari Medion yang terbukti efektif, efisien, dan harga yang ekonomis,” kata Minto.
Penghobi Adventure motor trail ini menyampaikan bahwa ayam yang terlambat produksi telur, sulit mencapai puncak produksi serta terjadi penurunan produksi telur yang lebih cepat setelah puncak dapat terjadi karena faktor stres. Dengan pemberian VITESEL C sebanyak 1 gram untuk setiap 10 liter air minum dapat menghasilkan performa produksi telur yang meningkat. VITESEL C meningkatkan daya tahan tubuh ayam dan mencegah stres. Produk ini juga dapat meningkatkan kesuburan (fertilitas) dan mencegah gangguan reproduksi, serta mencegah penyakit yang disebabkan kekurangan vitamin C dan E. Selain itu, adanya kandungan selenium dapat berperan sebagai antioksidan yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh.
Penggunaan VITESEL C menjadikan ayamnya dapat bertelur tepat waktu dan mencapai performa produksi yang optimal. Untuk ayam dewasa produktif diberikan setiap minggu sebanyak tiga hari berturut-turut, kemudian dijeda dan diulang pada pekan berikutnya. Sedangkan untuk ayam muda dan grower dapat disesuaikan kebutuhan, seperti menjelang dan beberapa hari setelah vaksinasi, serta saat ayam naik ke kandang batrai usia 2-2,5 bulan.
Selain menerapkan program vaksinasi, Minto juga memberikan ayamnya obat cacing dan tidak meninggalkan aspek biosekuriti. “Saya merasa cocok dengan produk-produk Medion. Ternyata tak harus dengan produk mahal, walau produk lokal yang penting adalah efektif dan ekonomis serta efisien. Pasti menguntungkan,” ungkapnya.
Produk VITESEL C dari Medion untuk ayam petelur maupun ayam Joper, telah Minto buktikan. Pemberian VITESEL C menjadi solusi untuk ayam lebih sehat dan produktif serta menguntungkan.