Penyakit Newcastle Disease (ND) atau yang sering dikenal dengan tetelo adalah salah satu yang membuat kerugian yang cukup besar di peternakan. Penyakit ini selalu menghampiri kandang hampir di setiap musim. Kerugian yang diakibatkan oleh infeksi ini cukup besar, dilihat dari mortalitas akibat ND mencapai 100% untuk serangan ND velogenik. Kualitas dan kuantitas produksi telur menurun dengan variasi antara 9-60%. Hal tersebut juga menyebabkan tingginya tingkat culling ayam di kandang. Selain itu, ND termasuk penyakit imunosupresan sehingga penyakit lain akan mudah masuk.

Kejadian penyakit ND masih cukup tinggi sampai pertengahan tahun 2020. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh tim Technical Education and Consultation Medion, terbukti angka kejadian ND masih cukup tinggi selama 2,5 tahun terakhir. Pada tahun 2019 terjadi peningkatan kasus sebesar 19,74% dibandingkan tahun 2018, sedangkan pada tahun 2020 angka kejadiannya sudah cukup tinggi meskipun baru sampai bulan Mei.

Penyebab ND

Penyakit Newcastle Disease virus disebabkan oleh virus Avian paramyxovirus-1 (APMV-1) termasuk dalam genus Avulavirus dalam famili Paramyxoviridae. Virus ND memiliki genom single stranded (ss) RNA dengan struktur beramplop.

Klasifikasi virus ND didasarkan 3 hal, yang pertama adalah berdasarkan serotipenya. Penggolongan ini berdasarkan kesamaan antigenik pada uji hemaglutinasi inhibisi (HI), dikenal 9 serotipe Avian paramyxovirus, tipe 1 (APMV-1) sampai tipe 9 (APMV-9). Virus ND yang umum menyerang unggas termasuk dalam APMV-1. Penggolongan kedua adalah berdasarkan patotipe-nya. Penggolongan ini dilakukan dengan melihat virulensi/keganasan penyakit, dibedakan menjadi 4 yaitu :

  1. Velogenic (ganas) Kelompok ini memiliki keganasan paling tinggi dan dibagi menjadi dua bentuk, yang pertama adalah Viscerotropic velogenic. Serangan ND kelompok ini bersifat akut dengan mortalitas yang tinggi. Perubahan khas yang sering ditemukan pada ayam yang terinfeksi virus ini ialah luka dan hemoragi pada usus. Ayam akan menunjukkan gejala lesu, penurunan nafsu makan, produksi telur secara drastis, diare dan tingkat kematiannya >90%. Bentuk kedua adalah Neurotropic velogenic yang ditandai dengan munculnya gangguan pernapasan serta kelalaian pada syaraf yang umum disebut torticolis atau tetelo. Ayam yang terserang menjadi lemah karena kesulitan makan dan minum.
  2. Mesogenic (sedang) Tingkat kematian yang ditimbulkan relatif rendah (±10%), terlihat gangguan pernapasan akut dan gangguan syaraf pada beberapa ayam. Strain Kumarov, Roakin dan Mukteswar merupakan beberapa strain virus ND yang termasuk dalam patotipe mesogenic. Penurunan produksi telur akibat infeksi virus ini bisa berlangsung selama 1-3 minggu.
  3. Lentogenic (ringan) Kelompok ini menimbulkan gangguan pernapasan yang bersifat ringan, tidak menunjukkan gejala syaraf dan kadang-kadang bersifat subklinis (tidak menampakkan gejala yang spesifik). Penurunan produksi tidak signifikan dan kematian hampir tidak ada. Strain yang termasuk dalam kelompok ini antara lain B1, F, V4 dan La Sota. Strain ND dari kelompok inilah yang sering digunakan sebagai vaksin aktif.
  4. Asymptomatic enteritic Termasuk virus kurang mematikan dengan tempat bereplikasi terutama di saluran pencernaan (usus). Kelompok ini tidak menimbulkan suatu gejala penyakit tertentu.

Penggolongan ND yang ketiga adalah berdasarkan enotipe-nya. Penggolongan berdasarkan genotipe ini muncul karena perkembangan teknologi terkini. Klasifikasi dilakukan berdasarkan materi inti virus melalui DNA sequencing. Dalam penggolongan ini, virus ND dibedakan menjadi 10 genotipe. Genotipe yang dominan bersirkulasi di dunia dan bersifat virulen adalah : V, VI, VII dan VIII.Genotipe yang ada di ASIA adalah VI (1960 s/d 1985) kemudian belakangan ditemukan genotipe VII.

Update Penyakit ND di Indonesia

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh tim Technical Education and Consultation PT. Medion kasus ND dari tahun 2019 sampai 2020 baik pada ayam broiler maupun layer masih terus ditemukan. Terlihat juga pada akhir tahun 2019 sampai 2020 saat musim penghujan dan pergantian musim, kasus ND mengalami kenaikan. Hal ini menjadi pertanyaan dikarenakan saat ini program vaksinasi ND di peternakan sudah tergolong rapat, dan saat dilakukan uji serologi, hasil uji menunjukkan titer yang protektif, namun kasus ND masih terus muncul.

Medion melakukan mapping/pemetaan virus ND dengan mengumpulkan sampel dari ayam yang diduga terinfeksi ND dari lapangan. Sampel organ kemudian diuji dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dilanjutkan dengan uji DNA sequencing. Proses DNA sequencing dilakukan untuk melihat susunan genetik dari virus ND. Hasil dari pemetaan tersebut ditemukan bahwa virus ND yang dominan bersirkulasi di Indonesia saat ini adalah virus ND Genotipe 7 (velogenic) dimana virus tersebut terpisah jauh dengan virus ND lama Genotipe 2 (La Sota). Terdapat 2 subgenotipe G7 yang beredar di Indonesia yaitu G7h dan G7a/G7i (Shohaimi et al, 2015 & Dimitrov et al, 2016) dengan sebaran kasus seperti terlampir pada peta di bawah ini.Berdasarkan peta tersebut, hampir di seluruh wilayah Indonesia ditemukan kasus ND baik genotipe 7h maupun genotipe 7a.

Diagnosa ND di Lapangan

Secara alami, virus ND akan menginfeksi ayam secara inhalasi (terhirup/melalui saluran pernapasan) dan ingesti (termakan/melalui saluran pencernaan). Saat proses infeksi, ayam yang sakit akan mengeluarkan virus ND dalam jumlah besar, terutama pada feses. Akibatnya penularan ND dapat terjadi melalui oral akibat ingesti feses yang mengandung virus, melalui pakan atau air minum yang terkontaminasi atau per inhalasi akibat menghirup partikel feses yang telah mengering. Selain feses, mukus (lendir) dari ayam yang terinfeksi ND juga akan mencemari udara sehingga penularan ND dapat berlangsung lebih cepat.

Setelah menginfeksi ayam, virus ND akan menimbulkan gejala klinis setelah 2-15 hari (rata-rata 5-6 hari). Cepat lambatnya masa inkubasi maupun gejala klinis dan perubahan patologi yang ditimbulkan, dipengaruhi oleh jenis virus ND yang menginfeksi, dosis atau konsentrasi virus yang menginfeksi, jenis dan umur ayam yang terinfeksi, status imunitas, komplikasi dengan penyakit lain serta kondisi lingkungan.

Gejala klinis yang terlihat apabila ayam terinfeksi ND antara lain hilangnya nafsu makan, feses berwarna hijau lumut dan kadang-kadang disertai gumpalan putih, ayam menjadi gemetar, dan muncul kelainan pada syaraf (kelumpuhan pada kaki dan atau sayap, leher terpuntir/torticolis dan ayam berputar-putar). Selain itu, angka kematian akibat ND bisa mencapai 100%.

Selain gejala klinis yang tampak pada ayam, pada ayam petelur fase produksi, kelainan juga ditemukan dari telur ayam yang dihasilkan, Secara kuantitas, produksi telur mengalami penurunan bervariasi mulai dari 9 sampai 60%, sedangkan dari segi kualitas, telur dari ayam yang terinfeksi ND biasanya berwarna pucat disertai ukuran telur yang kecil.

Patologi anatomi yang terlihat ketika dilakukan bedah pada ayam dengan gejala klinis mengarah ke ND antara lain adanya peradangan pada saluran pernapasan, meliputi laryng dan trachea.

Selain di sistem pernapasan, perubahan yang patognomonis akibat infeksi ND di saluran pencernaan adalah adanya radang pada bagian papila proventrikulus. Di dalam sistem pencernaan juga terdapat organ limphoid yang juga mengalami perubahan diakibatkan adanya infeksi ND yakni, radang pada caeca tonsil dan peyer patches. Kedua organ ini merupakan organ limphoid lokal yang akan mengalami perubahan ketika ada infeksi di daerah usus baik karena bakteri maupun virus seperti ND.

Pada sistem reproduksi ditemukan adanya peradangan pada daerah ovarium dan terkadang terlihat kelainan dari bentuk ovarium menjadi lembek atau membubur bahkan pecah di rongga peritoneum.

Dalam melakukan diagnosa, terkadang kita menemukan perubahan baik dari gejala klinis ataupun patologi anatomi yang hampir mirip dengan penyakit ND (sebagai differential diagnose). Berikut kami tampilkan beberapa penyakit tersebut (Tabel 1.).

Dikarenakan terdapat banyak jenis penyakit yang hampir mirip dengan ND, dalam diagnosa di lapangan sering dikelirukan dengan penyakit-penyakit tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya peneguhan diagnosa menggunakan uji laboratorium, bisa dengan uji serologi, hingga isolasi dan identifikasi agen penyebab penyakit melalui metode polymerase chain reaction (PCR) dan DNA sequencing.

Upaya Pengendalian ND

Dalam mengendalikan penyakit ND membutuhkan kombinasi dari beberapa faktor seperti vaksinasi, penerapan biosecurity yang ketat serta ditunjang dengan sistem manajemen pemeliharaan yang optimal.

Sering kita lupakan bahwasanya kondisi kesehatan ayam juga berkaitan erat dengan kondisi lingkungan dimana ayam tersebut tinggal. Faktor kenyamanan seperti kualitas udara yang baik, manajemen litter, air minum yang bersih, serta kualitas pakan yang baik. Ciptakan kondisi kandang yang nyaman dengan memperhatikan jumlah ayam dalam kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan sebisa mungkin dilakukan sistem pemeliharaan “all in all out” serta penerapan istirahat kandang minimal 2 minggu.

Perketat biosekuriti dengan membatasi lalu lintas orang/kendaraan yang keluar-masuk kandang. Tidak menutup kemungkinan virus ND terbawa melalui roda kendaraan yang keluar-masuk kandang. Lakukan desinfeksi baik kendaraan maupun personil, terutama jika datang dari peternakan lain yang terinfeksi. Alas kaki sebaiknya disikat karena penyelupan/penyemprotan desinfektan saja tidak mampu menembus virus yang terdapat pada sela-sela alas sepatu. Untuk menekan penularan penyakit melalui air minum, lakukan sanitasi dengan memberikan antiseptik seperti Desinsep atau Neo Antisep.

Lakukan sanitasi kandang dan peralatan (kandang dibersihkan, dicuci dan disemprot) dengan Neo Antisep atau Medisep, kemudian cegah hewan liar dan hewan peliharaan lain masuk ke lingkungan kandang. Apabila sedang terjadi outbreak maka desinfeksi dilakukan setiap hari untuk menurunkan jumlah agen infeksi di lingkungan kandang. Sanitasi tempat minum dan tempat pakan dilakukan dengan pencucian rutin serta desinfeksi (Medisep) setiap 2 kali sehari.

Vaksinasi dapat mencegah kerugian yang ditimbulkan dari serangan penyakit ini. Untuk menunjang efektivitas vaksinasi perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Kondisi ayam sehat sebelum divaksin

Pastikan ayam dalam kondisi sehat saat akan divaksinasi ND sehingga titer antibodi yang terbentuk lebih optimal.

2. Tepat Vaksin yang digunakan

Gunakan vaksin ND yang kualitasnya masih baik, segel vaksin masih utuh, bentuknya tidak berubah, vaksin belum kadaluarsa, serta etiketnya masih terpasang dengan baik. Selain dari segi fisik, penting juga untuk mempertimbangkan penggunaan vaksin ND yang homolog dengan virus ND lapangan. Kegagalan hasil vaksinasi juga bisa disebabkan oleh ketidaktepatan pemilihan vaksin. Vaksin yang akan diberikan untuk ayam haruslah disesuaikan dengan jenis dan keganasan penyakit yang sering menyerang. Medion memproduksi vaksin untuk mencegah penyakit ND yang homolog dengan virus ND G7 lapangan, yaitu vaksin Medivac ND G7 Emulsion, Medivac ND G7-EDS Emulsion, Medivac ND G7-EDS-IB Emulsion, dan Medivac ND G7-IB Emulsion.

Namun penggunaan vaksin aktif seperti Medivac ND La Sota, Medivac ND Hitchner B1, Medivac Clone 45, atauMedivac ND-IB tetap perlu diberikan untuk menggertak pembentukan kekebalan ND secara cepat dan protektif.

3. Tepat program vaksinasi

Berikut contoh program vaksinasi pada ayam pedaging dan petelur yang dapat disesuaikan dengan kondisi farm setempat (Tabel 2). Pengulangan vaksinasi ND di masa produksi jika menggunakan vaksin aktif bisa dilakukan 1-2 bulan sekali, sedangkan jika menggunakan vaksin inaktif bisa dilakukan 2-3 bulan sekali. Jadwal revaksinasi yang tepat bisa juga didasarkan atas hasil monitoring titer antibodi terhadap ND.

4. Perhatikan cara handling/penanganan vaksin ND sejak dibeli hingga diberikan pada ayam.

  • Saat distribusi dan penyimpanan sementara, suhu vaksin ND harus selalu terkondisikan pada suhu 2-8°C.
  • Sebelum diberikan ke ayam, proses thawing harus diperhatikan. Thawing bertujuan menaikkan suhu vaksin secara bertahap yang sebelumnya 2-8°C mendekati suhu tubuh ayam (±41°C) atau sampai vaksin tidak terasa dingin lagi, yaitu dengan suhu sekitar 25-27°C. Setelah di-thawing, sebaiknya vaksin ND tidak dimasukkan lagi ke dalam lemari pendingin/marina cooler yang suhunya 2-8°C karena bisa menurunkan potensi vaksin.
  • Pastikan jangka waktu pemberian vaksin ND tepat, di mana vaksin ND aktif harus habis diberikan maksimal 2 jam, sedangkan vaksin ND inaktif harus habis dalam waktu 24 jam. Jika vaksin ND tidak habis, maka sisanya tidak bisa disimpan untuk kemudian digunakan lagi. Sisa vaksin dan kemasannya harus direndam desinfektan terlebih dahulu, baru kemudian dibuang/dikubur.

5. Tepat metode aplikasi vaksinasi

Untuk mendapatkan antibodi yang optimal, pastikan vaksinasi ND pertama diberikan dengan melalui tetes mata/hidung agar mengaktifkan kelenjar harderian (organ kekebalan) di daerah mata. Sehingga terbentuk kekebalan lokal di daerah saluran pernapasan atas yang merupakan pintu masuk infeksi virus ND. Selain itu juga, agar tiap ekor anak ayam mendapatkan 1 dosis penuh. Sedangkan vaksin inaktif yang disuntikkan diberikan menyesuaikan dengan umur ayam, misalnya 0,5 ml untuk ayam dewasa melalui suntikan subcutan maupun intramuskuler, dan 0,2 ml untuk anak ayam melalui suntikan subkutan.

Demikian terkait update virus ND dan fenomena penyakit ND di lapangan. Perlu kita perhatikan pengendalian ND merupakan kombinasi dari beberapa faktor meliputi vaksinasi, biosecurity yang ketat serta dipadukan dengan manajemen pemeliharaan yang baik. Medion akan selalu mengikuti perkembangan kasus ND dengan selalu memantau perubahan isolat virus di lapangan agar senantiasa dapat menyediakan vaksin yang homolog dan sesuai dengan kondisi di lapangan. Salam sukses selalu.

Kenali Mendalam Virus ND Terkini dan Pengendaliannya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eight − three =